Skip to main content

5 Kebiasaan Buruk dalam Komunikasi yang Mengarah ke Perceraian


Ilustrasi tentang perceraian.
Ilustrasi tentang perceraian. (sumber: galtime)
Kenali masalah-masalah komunikasi yang kerap menyebabkan perpisahan pasangan.

Studi menunjukkan, kurangnya komunikasi adalah alasan terutama pasangan berpisah atau bercerai untuk yang sudah menikah. Merengek dengan sikap menyebalkan yang berulang-ulang untuk mendapatkan keinginan adalah salah satu bentuk  komunikasi buruk tersebut. Selain itu, ada beberapa bentuk komunikasi lain yang bisa menyebabkan pasangan berpisah:

1. Tidak dari dalam hati
Beberapa keluhan lelaki mengenai komunikasi perempuan adalah, suka mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan isi hati dan berharap si lelaki bisa mengerti. Ada kebiasaan buruk yang cukup banyak dilakukan perempuan, yakni mengatakan "ya" padahal di dalam hati mengatakan "tidak".

Ada pula kebiasaan mengatakan "Saya tidak tahu" karena takut isi pikirannya dihakimi atau dikritik. Padahal, menurut penelitian, mengucapkan hal-hal yang bertentangan dengan isi hati justru bisa menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Hal ini sama dengan memendam perasaan.

Bila memang butuh waktu berpikir, katakan, "Saya belum bisa membahas soal ini sekarang. Tolong kasih waktu setengah jam untuk saya tenangkan diri/istirahat, lalu kita bicara lagi," lalu penuhi janji Anda itu.

2. Ketidaksesuaian
Kebanyakan komunikasi yang dilakukan manusia adalah dalam bentuk non-verbal, dan ketika tidak sesuai dengan kata-kata, artinya kita mengirimkan pesan beragam. Tak heran banyak pasangan yang berdebat, frustasi, dan pada akhirnya saling malas mendengarkan.

Ada kala saat bicara dengan pasangan, misalnya, saat mencoba mencapai kesepakatan, bibir berkata "ya", sementara mata menunjukkan ekspresi tak setuju. Atau, menaik-turunkan pundak dengan kesan acuh-tak acuh saat ditanya sesuatu. Masih banyak lagi.

Disarankan, saat bicara dengan pasangan, upayakan untuk menjaga kontak mata, karena ini artinya menyimak omongan pasangan dan berfokus pada omongannya ketimbang terlihat mencoba memikirkan jawaban berikutnya.

3. Sikap menang-kalah
Mencoba bersikap gagah atau mendominasi pembicaraan, membawa segala hal menjadi hal personal ketimbang rasional, menuduh, mencari siapa yang salah, dan harus menjadi orang yang terakhir bicara adalah hal-hal yang menunjukkan keinginan untuk "memenangkan" perdebatan, bukannya mencari jalan tengah atas persoalan yang ada.

Lebih baik, saat berdebat, tentukan dalam hati untuk bicara dengan tujuan agar mendapatkan jalan tengah yang terbaik. Menciptakan peraturan damai saat beradu argumen juga bisa dilakukan untuk memastikan jalur komunikasi berjalan dengan penuh hormat dan jelas.

4. Menyelak, menyelesaikan kalimat orang lain, dan lupa memberi jeda
Ini bisa dikatakan "paket". Bila ada orang yang melakukan salah satu dari ketiga hal itu, sudah bisa dipastikan, dua poin lainnya itu akan dilakukan juga.

Hindari keinginan untuk menyelak omongan pasangan, mengakhiri kalimatnya saat ia memang akan mengakhirinya, juga bicara tanpa berhenti.

Kebanyakan lelaki butuh waktu untuk memikirkan jawaban atas pertanyaan atau pernyataan pasangannya, sementara si perempuan berharap lelakinya menjawab dengan cepat.

Sebelum angkat bicara, coba hitung sampai 30 untuk memastikan si dia sudah selesai bicara, dan jangan menanyakan beberapa hal sekaligus.

Mungkin memang akan terkesan Anda lamban merespon, tetapi, selain untuk menghormati pasangan yang ingin mengutarakan isi pikirannya, hal ini juga membantu Anda berpikir lebih matang sebelum bicara.

5. Berfokus pada hal negatif dan tidak sopan
Amat umum terjadi pada pasangan yang sudah lama bersama, lupa akan kesopanan. Ungkap "terima kasih", "maaf", dan "tolong" sering lupa terucap.

Kalimat-kalimat menyuruh dan memerintah pun sering membuat pasangan bersitegang. Disarankan untuk mencari kalimat-kalimat yang lebih sopan dan mesra ketimbang, "Jangan lupa buang sampah ke bak sampah di depan!" Tak ada salahnya untuk menggunakan apresiasi untuk meminta bantuan si dia.

Comments

Popular posts from this blog

Anak Sekolah Sekarang, Cari Ilmu atau Hanya Bergaya ?

Ayo kita pergi sekolah.. ayo.. yah mungkin seperti cuplikan backsound dari iklan. Sekolah dan sekolah. Siapa sih yang gak pingin sekolah setinggi-tingginya sampai doctoral, hmmm mau mau. Yah di zaman 2012 yang katanya akan kiamat ini ternyata menurut analisa saya sekolah ada dua tujuan. Kalo tujuannnya positif ya enjoy enjoy aja tapi kalo tujuannya melenceng dari inti tujuan sekolah haduh ya hancur deh, kan sesuatu yang buruk itu akan menelan sesuatu yang baik karena pada dasarnya Sang Pemilik Nafas menciptakan kita kita ini dengan menganugerahi keburukan yang lebih banyak dari yang lebih baik. Yang buruk memang lebih banyak namun jika menggunakan yang baik walau sedikit akan menutupui yang buruk beda dengan kalo kita mengggunakan yang buruk wah pasti akan menghancurkan yang baik itu karena kan yang baik lebih sedikit. Paham?.. hehe. Masa remaja biasanya identik dengan masa SMA, ya bisa dibilang masa yang paling indah. Hallo.. indah ya indah jika kita serius

Tips Mengubah File PDF ke WORD

CARA MENGUBAH FILE PDF KE WORD Tutorial Convert PDF ke Word dengan menggunakan software - Postingan ini akan menjelaskan tentang bagaimana cara merubah/Convert File dengan format PDF ke Format Word.doc. Tutorial ini merupakan cara merubah file pdf ke word paling gampang. Tentunya kalian yang lagi membuat makalah, laporan, atau bahkan Skripsi pasti googling untuk mencari banyak referensi, dan terkadang referensi file yang didapat berupa file berformat pdf, lalu kalian ingin menjadikan/merubah file itu ke format word/.doc. Namun kalian tidak tau cara untuk merubah pdf ke word. Nah, maka dari itu, Bagi sobat yang belum mengerti caranya, disini saya akan memberikan tutorial mengenai Cara Merubah File PDF ke Word yang ternyata sangat gampang banget. Jadi kalian tidak perlu pusing-pusing edit yang terlalu bulet atau bahkan ada yang diketik lagi. hehe Berikut Cara Merubah File PDF ke Word : Untuk merubah file pdf ke word, kita harus menggunakan Software conv

Ingin Berumur Panjang, Menikahlah!

Ternyata, menikah bukan hanya sebuah penyaluran sifat fitrah manusia, namun sangat bagus dari segi kesehatan. Sebuah penelitian menunjukkan menikah dapat memperpanjang umur seseorang hingga 17 tahun. Luar biasa kan? “The American Journal Of Epidemiology” merilis berbagai data hasil dari 90 penelitian yang dilakukan para peneliti dari University of Louisville. Ternyata pria lajang memiliki risiko kematian 32 % lebih tinggi dibandingkan pria yang menikah. Itu artinya, mereka kemungkinan meninggal 8 – 17 tahun lebih cepat dari rata-rata pria yang sudah menikah. Penilitian juga menunjukkan bahwa wanita lajang memiliki harapan hidup sebanyak 23 %, atau 7 – 15 tahun lebih rendah dibandingkan mereka yang telah memiliki pasangan hidup. Para lajang yang masih muda punya resiko kematian dini yang lebih tinggi lagi. Resiko kematian untuk mereka yang masih lajang dan berusia 30-39 tahun sebesar 128 % lebih tinggi dibandingkan mereka yang sudah menikah dengan kisaran umu