Peneliti mengungkap, perasaan
mengganjal tentang hubungan saat berencana menikah bisa jadi pertanda
penting mengenai keberlangsungan pernikahan di masa depan.
"Bila Anda sempat merasa ragu mengenai hubungan sebelum menikah, maka
mengabaikannya akan menjadi kesalahan besar di masa depan," kata Matthew
Johnson, salah satu penulis studi ini dari Kansas State University,
dikutip dari laporan Medical Daily, hari ini.
Studi yang melibatkan sekitar 610 pasangan ini menemukan, pasangan yang percaya diri akan pernikahannya cenderung merasa lebih bahagia dengan pernikahannya ketika dites kembali 4 tahun kemudian, ketimbang pasangan yang menunjukkan keraguan akan pernikahannya sebelum menikah.
Pasangan yang pernikahannya berhasil dan bahagia umumnya adalah pasangan yang kerap berinvestasi pada hubungan tersebut, demikian para peneliti. Pergi berkencan, berkegiatan bersama, berbagi perbincangan berarti, serta menunjukkan kasih sayang lewat fisik.
Pasangan yang di awal pernikahannya merasa yakin hubungannya akan langgeng umumnya tipe yang bersedia untuk berinvestasi dalam hubungannya.
Dilanjutkakn Johnson, mengabaikan perasaan ragu sekian lama sebelum pernikahan adalah hal yang mudah, dan kebanyakan orang akan mengikuti jalannya. Namun, perlu diingat, perasaan negatif tentang pernikahan tak selalu masalah gugup atau cuma sekadar deg-degan.
Menurutnya, konseling pra-pernikahan bisa menjadi cara terbaik untuk membicarakan rasa ragu atau khawatir Anda terhadap pernikahan ke depan, serta bagaimana cara terbaik menghadapi permasalahan ketika terjadi masalah di antara pasangan.
Studi ini dilangsungkan karena pusat data pencegahan penyakit di AS menunjukkan bahwa, 50 persen pernikahan di negara tersebut tak pernah mencapai usia 20 tahun.
Studi yang melibatkan sekitar 610 pasangan ini menemukan, pasangan yang percaya diri akan pernikahannya cenderung merasa lebih bahagia dengan pernikahannya ketika dites kembali 4 tahun kemudian, ketimbang pasangan yang menunjukkan keraguan akan pernikahannya sebelum menikah.
Pasangan yang pernikahannya berhasil dan bahagia umumnya adalah pasangan yang kerap berinvestasi pada hubungan tersebut, demikian para peneliti. Pergi berkencan, berkegiatan bersama, berbagi perbincangan berarti, serta menunjukkan kasih sayang lewat fisik.
Pasangan yang di awal pernikahannya merasa yakin hubungannya akan langgeng umumnya tipe yang bersedia untuk berinvestasi dalam hubungannya.
Dilanjutkakn Johnson, mengabaikan perasaan ragu sekian lama sebelum pernikahan adalah hal yang mudah, dan kebanyakan orang akan mengikuti jalannya. Namun, perlu diingat, perasaan negatif tentang pernikahan tak selalu masalah gugup atau cuma sekadar deg-degan.
Menurutnya, konseling pra-pernikahan bisa menjadi cara terbaik untuk membicarakan rasa ragu atau khawatir Anda terhadap pernikahan ke depan, serta bagaimana cara terbaik menghadapi permasalahan ketika terjadi masalah di antara pasangan.
Studi ini dilangsungkan karena pusat data pencegahan penyakit di AS menunjukkan bahwa, 50 persen pernikahan di negara tersebut tak pernah mencapai usia 20 tahun.
Comments